MAKALAH FISIKA PESAWAT TERBANG
DI SUSUN OLEH :
Nama : Yogi Fajar Dwiyanto
Nomor : 31
Kelas : XI IPA 3
SMA N 2 UNGARAN
Bab 1
Pendahuluan
Latar Belakang
Jika anda pernah melihat pesawat terbang dapat melakukan take off
dan mendarat pada suatu bandara, anda tahu bahwa itu suatu yang ajaib
pada dahulu kala. Ternyata dalam pembuatan pesawat terbang terdapat
rumus fisika yang sangat penting. Dari mulai struktur pesawat maupun
dalam hal pesawat bisa terbang.
Rumusan Masalah
- Rumus Fisika Apa yang dipakai dalam Pembuatan Pesawat Terbang?
- Mengapa pesawat bisa terbang?
Tujuan
Agar kita lebih mengetahui tentang pesawat terbang dan bagian-bagian yang membuat pesawat bisa terbang
Bab 2
Pembahasan
!. Rumus Fisika yang dipakai dalam Pembuatan Pesawat Terbang
A. Hukum Bernoulli pada Daya Angkat Sayap Pesawat Terbang
Penampang
sayap pesawat terbang memiliki bagian belakang yang tajam dan sisi
bagian atas yang lebih melengking dari sisi bagian bawahnya. Bentuk ini
membuat kecepatan aliran udara melalui muka bagian atas lebih besar dari
kecepatan aliran udara melalui muka bagian bawah pada saat pesawat
tinggal landas.
Besarnya gaya angkat pesawat terbang dapat dirumuskan sebagai berikut:
P1 – P2= 1/2ρ . A(v22 – v12)
Dimana: P1 = tekanan di bawah sayap
P2 = tekanan di atas sayap
v1 = kecepatan udara di bawah sayap
v2 = kecepatan udara di bawah sayap
ρ = massa jenis udara
A= luas penampang sayap
Jadi
dapat disimpulkan bahwa pada saat pesawat akan berangkat, tekanan udara
pada bagian bawah lebih besar daripada tekanan udara pada bagian atas.
B. Gaya Gesek
Gaya
gesek adalah gaya yang timbul karena adanya gaya yang menarik sebuah
benda dan arahnya berlawanan. Gaya gesek dapat dirumuskan sebagai
berikut:
fg = µ. N
dimana: fg =gaya gesekan (Newton)
µ = koefisien gesekan
N= gaya normal
Koefisien gesekan ada dua yaitu:
Koef. Gesekan Statis
Koefisien
gesekan statis digunakan jika benda dalam keadaan diam. Besarnya gaya
gesekan statis dapat diketahui melalui persamaan sebagai berikut:
fs = µs. N
Koef. Gesekan Kinetik
Koefisien
gesekan kinetis digunakan jika benda dalam keadaan bergerak. Besarnya
gaya gesekan kinetis dapat diketahui melalui persamaan sebagai berkut:
Fk = µk. N
Hubungan gaya gesekan dengan hukum newton adalah sebagai berikut:
F - fg = m.a dengan fg = µ.mg
- Hukum Newton
Pada
pesawat menggunakan hukum newton III. Hukum Newton III berbunyi : Jika
sebuah benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda lain tersebut
mengerjakan gaya pada benda yang pertama yang sama besarnya tetapi
berlawanan arah. Hukum Newton III ini sering disebut Hukum Aksi-Reaksi.
Menekankan
pada prinsip perubahan momentum manakalah udara dibelokkan oleh bagian
bawah sayap pesawat. Dari prinsip aksi-reaksi, muncul gaya pada bagian
bawah sayap yang besarnya sama dengan gaya yang diberikan sayap untuk
membelokkan udara.
Dalam
hal ini, aksi yaitu gerak/ tekanan udara yang berasal dari permukaan
airfoil (bentuk sayap) bagian atas yang menekan airfoil ke bagian bawah
dengan tekanan beribu-ribu ton udara, sehingga karena pada bagian bawah
airfoil tertekan oleh ribuan ton dari atas airfoil.
- Efek Coanda
Menurut Coanda, udara yang melewati permukaan lengkung akan mengalir sepanjang permukaan itu.
- Kinematika Gerak Lurus
Pada
bahasan ini, kami membahas tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan. Suatu
benda dikatakan melakukan gerak lurus berubah beraturan jika
kecepatannya semakin lama semakin bertambah/ berkurang. Persamaannya
adalah:
Vt= Vo +a.t
Vt = kecepatan akhir benda
Vo= kecepatan awal benda
A = percepatan benda
T = waktu tempuh
Sedangkan persamaan yang digunakan untu menentukan jarak yang ditempuh oleh suatu benda selama jangka waktu tertentu adalah:
St= Vo.t+1/2 a.t2
St = Jarak yang ditempuh benda
Vo = kecepatan awal benda
A = percepatan benda
T =waktu tempuh
Mengapa pesawat bisa terbang?
pesawat
terbang dapat terangkat ke atas, karena kelajuan udara yang melalui
sayap pesawat bagian sisi atas lebih besar daripada bagian sisi bawah.
Karena pada penampang sayap pesawat terbang, bagian belakang lebih datar
dan sisi bagian atas lebih melengkung daripada bagian bawahnya, maka
aliran udara bagian atas akan lebih rapat jika dibanding bagian
bawahnya. Artinya, kecepatan aliran udara pada bagian sisi atas lebih
besar daripada sisi bagian bawah sayap. sehingga tekanan bagian atas
lebih kecil daripada tekanan bagian bawah. Perbedaan tekanan inilah yang
yang menentukan gaya angkat pesawat.
Pesawat
terbang dapat terangkat ke atas jika gaya angkat lebih besar daripada
berat pesawat. Jadi, suatu pesawat dapat terbang atau tidak tergantung
dari berat pesawat, kelajuan pesawat, dan ukuran sayapnya. Makin besar
kecepatan pesawat, makin besar kecepatan udara, sehingga gaya angkat
sayap pesawat makin besar. Supaya pesawat dapat terangkat, gaya angkat
harus lebih besar daripada berat pesawat:
(F1–F2) > m g
Jika
pesawat telah berada pada ketinggian tertentu dan pilot ingin
mempertahankan ketinggiannya (melayang di udara), maka kelajuan pesawat
harus diatur sedemikian rupa
sehingga gaya angkat sama dengan berat pesawat:
sehingga gaya angkat sama dengan berat pesawat:
(F1–F2) = m g
Bab 3
Penutup
Semoga Makalah ini bermanfaat bagi yang membaca dan mohon maaf bila ada salah kata maupun rumus yang kurang tepat
mantap gan,,, izin share gan
BalasHapusTerima Kasih BLOG'nya
BalasHapusBRAVO Fisika
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMakasih
BalasHapusBuat keterangannya yang v1 v2 gaya angkat pesawat kayanya ada yang salah ya? Boleh diteliti lagi?
BalasHapusTengs gan
BalasHapus